Close Housed

Kandang sistem closed house adalah kandang tertutup yang menjamin keamanan secara biologi (kontak dengan organisme lain) dengan pengaturan ventilasi yang baik sehingga lebih sedikit stress yang terjadi pada ternak, menyediakan udara yang sehat bagi ternak, menyediakan iklim yang nyaman bagi ternak, meminimumkan tingkat stress pada ternak.

Broiler Modern

Ayam pedaging hasil persilangan dari berbagai bangsa ayam pedaging, yang memiliki kemampuan untuk menghasilkan daging secara optimal dan edisien, memiliki keunggulan pertumbuhannya yang sangat cepat dengan bobot badan yang tinggi dalam waktu yang relatif pendek, konversi pakan kecil, siap dipotong pada usia muda serta menghasilkan kualitas daging berserat lunak, yang didukung dengan pakan yang berkualitas dan menajemen pemeliharaan yang maksmila

DOC ( Day Old Chick )

DOC(day old chick), anak yam umur 1 hari sangat menentukan keberhasilan usaha ternak ayam. Kondisi DOC yang baik merupakan modal awal yang sangat penting.

Broiler

Campuran dari beberapa bahan baku pakan, baik yang sudah lengkap maupun yang masih akan dilengkapi, yang disusun secara khusus dan mengandung zat gizi yang mencukupi kebutuhan ternak untuk dapat dipergunakan sesuai dengan jenis ternaknya.

Pakan Ayam Broiler

Campuran dari beberapa bahan baku pakan, baik yang sudah lengkap maupun yang masih akan dilengkapi, yang disusun secara khusus dan mengandung zat gizi yang mencukupi kebutuhan ternak untuk dapat dipergunakan sesuai dengan jenis ternaknya.

Kemitraan Ayam Broiler

Kerjasama pemeliharaan ayam broiler dengan pola kerjasama inti dan plasma. Kerjasama dilaksanakan atas dasar saling percaya dan saling menguntungkan antara inti dan plasma.

Sabtu, 23 Oktober 2010

Penggunaan Energi dalam Ayam Broiler

Penggunaan Energi dalam Ayam Broiler
Banyak para pelajar, praktisi dan peternak yang mengartikan energi sebagai salah satu nutrisi dalam pakan ternak.
Karena kata energi ini sering sekali ditulis secara bedampingan dengan protein, lemak, serat dan nutrient lainya.
Padahal energi itu sendiri bukan nutrisi, energi adalah kalor (panas) yang dihasilkan dari metabolisme beberapa nutrient
yaitu karbohidrat, protein dan lemak. Namun demikian energi tetap menjadi salah satu ‘nutritional factor’
untuk mendapatkan performance broiler yang optimal.Ada 2 hal mendasar yang perlu diketahui peternak menyangkut
energi pada pakan broiler. 1) Sampai saat ini energi dalam bahan baku yang bisa di analisa adalah gross energi,
sementara yang digunakan oleh broiler adalah net energy atau yang sering kita sebut sebagai metabolisme energi.
Metabolisme energi inilah yang dipakai pada sistem formulasi pakan ternak. Artinya nilai ME tidak didapat dari
laboratorium, namun didapatdari persamaan (rumus) yang telah diuji oleh para ahli nutrisi ternak dan peneliti. 2)
Pengaruh kekurangan energi pada performance sangat besar. Pengaruh terbesar pada ayam broiler adalah
memperburuk FCR. Pada saat energi per kg pakan kurang dari kebutuhan, maka ayam akan makan lebih banyak untuk
menjaga kebutuhan energi tubuhnya. Walaupun ayam makan lebih banyak pertambahan berat badannya tidak ikut
meningkat. Dan ini membuat pemenuhan kebutuhan energi menjadi lebih mahal serta mengurangi ‘value’
dari energi itu sendiri.
Adapun penggunaan energi pada broiler secara garis besar bisa di bagi menajdi 2 bagian :
1. Pemenuhan Hidup Pokok (Maintenance)
- a. Energi untuk metabolisme (basal metabolisme) Bagaimanapun juga proses pencernaan, penyerapan, reproduksi,
proses dalam sel dan segala macam proses dalam tubuh unggas yang sering di sebut dengan proses metabolisme tetap
juga membutuhkan energi Kebutuhan energi untuk basal metabolisme semakin meningkat dengan bertambahnya berat
ayam (surface area), walaupun kebutuhan per kg berat badanya semakin kecil.
- b. Kenaikan panas tubuh karena aktivitas Proses metabolisme protein dan lemak juga akan meningkatkan panas
tubuh ayam, pada saat yang sama maka ayam memerlukan energi untuk menjaga keseimbangan suhu tubuhnya.
Jagung mengahasilkan panas bahang yang lebih tinggi dibandingkan minyak, ini adalah salah satu penyebab beberapa
ahli merekomendasikan mengganti sumber energi ke lemak pada saat cekaman panas.
- c. Kenaikan panas tubuh karena ‘thermal regulation’ Pada saat lingkungan disekitar kandang tinggi,
maka suhu tubuh ayam juga ikut meningkat. Untuk menurukan suhu tubuhnya ayam akan minum lebih banyak, dalam
tubuh ayam itu sendiri ada energi yang dipakai untuk menetralisir hal tersebut.
- d. Energi pada feses dan urine Energi yang terbuang sebagai endogenous energy dalam feses dan urine adalah nilai
mutlak yang tidak bisa di tawar lagi.
- e. Immune Respons Pada saat ayam broiler terinfeksi suatu penyakit, maka sebagian nutrient akan digunakan untuk
meningkatkan daya tahan. Glukosa dalam darah juga menurun, maka dari itu energi untuk pertumbuhan juga sebagian
akan terpakai untuk mencover kondisi seperti ini. Pemberian air gula secukupnya untuk menambah intake energi
terutama pada saat konsumsi pakan turun sangat diperlukan. 2. Energi untuk Produksi
- a. Pertumbuhan jaringan tubuh Pakan dibuat sedemikian rupa sehingga komposisi asam amino nya dapat
memenuhi kebutuhan ayam. Namun demikian protein yang masuk kedalam tubuh ayam harus dipecah menjadi asamasam
amino, sebelum diserap oleh tubuh. Setelah itu asam-asam amino akan digunakan untuk pembentukan jaringan
tubuh (daging, bulu dan jaringan tubuh lainya) dan hal ini banyak membutuhkan energi.
- b. Penambahan lemak dan penyimpanan karbohidrat Metabolisme lemak lebih sederhana di bandngkan nutrient
lainya, kelebihan lemak akan disimpan dalam tubuh dalam bentuk lemak juga. Begitu juga dengan karbohidrat, jika
nutrient ini berlebih akan disimpan sebagai cadangan lemak dalam tubuh unggas.
- c. Telur dan semen Karena dipanen pada usia yang relatif muda, ayam broiler belum sampai pada masa reproduksi
yang tentunya membutuhkan energi untuk pembentukan semen dan telur. Bagaimanapun juga perhitungan energi untuk
ayam broiler bisa jadi tidak sama presis dengan kebutuhan ayam, mengingat banyak faktor yang mempengaruhinya
termasuk kondisi lingkungan dan kesehatan ayam itu sendiri. Namun demikian para nutritionist pastilah berusaha untuk
lebih tepat atau memberikan energi yang lebih tinggi dari kebutuhan pada saat lingkungan normal. (skm)
CJ Feed Indonesia
http://cjfeed.co.id Copyright 2007 by CJFeed Indonesia Generated: 23 October, 2010, 05:47
sumber : http://cjfeed.co.id/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=2197

Sabtu, 16 Oktober 2010

Menciptakan Broiler yang Seragam

Oleh: Urip Santoso


Ketidakseragaman berat badan akan meningkatkan biaya produksi sehingga menurunkankan pendapatan peternak. Ada cara praktis untuk mendapatkan broiler yang seragam.

Tujuan memelihara broiler adalah mendapatkan produktivitas yang tinggi serta menghasilkan berat badan yang dikehendaki pasar. Untuk mencapainya, seorang peternak harus berupaya agar broiler yang dipelihara sebagian besar mempunyai berat badan yang ideal pada umur pasar. Dengan demikian perlu diciptakan broiler yang mempunyai berat badan yang seragam.

Sebagai contoh, kerugian yang akan dialami oleh peternak jika berat badan broiler sangat bervariasi antara lain adalah produksi broiler setiap kandangnya menjadi berkurang, sementara biaya produksinya tetap. Hal ini tentu saja akan memperkecil keuntungan yang diperolehnya. Bervariasinya berat badan ini akan menghasilkan bervariasinya berat karkas atau daging yang diproduksi. Selain itu, konsumen cukup selektif dalam memilih karkas broiler. Mereka menyukai broiler/karkas broiler dengan berat tertentu. Oleh karena itu, bervariasinya berat badan akan berakibat tertundanya pemasaran yang berarti meningkatnya biaya produksi, atau lebih celakanya terpaksa dijual dengan murah.

Dibawah ini diberikan petunjuk praktis cara-cara membuat broiler seragam.

Memelihara betina atau jantan saja

Secara umum berat badan broiler jantan dan betina berbeda. Oleh karena itu, memelihara broiler secara terpisah sangat dianjurkan untuk menciptakan keseragaman. Namun, hal ini tampaknya sulit dilaksanakan mengingat industri bibit saat ini menjualnya secara mixed.

Membeli DOC yang seragam

Jika memungkinkan, peternak hendaknya membeli DOC yang berat badannya seragam. Hal ini tentu saja memerlukan kerja sama dengan industri bibit, dimana industri bibit selalu menyediakan bibit yang relatif seragam.

DOC segera diberi minum

Setelah perjalanan jauh yang ditempuh DOC, maka segera setelah sampai dikandang, DOC diberi air minum elektrolit dan energi. Pemberian air minum dilakukan untuk mencegah kehilangan air tubuh, sehingga kehilangan berat badan dapat dicegah. Pemberian energi, elektrolit dan vitamin juga dilakukan untuk mengganti elektrolit yang hilang, sedangkan energi yang diberikan sebagai sumber tenaga. Jika hal ini dilakukan, maka kehilangan berat badan dapat dicegah dan DOC mempunyai kesehatan yang optimal. Untuk memungkinkan semua DOC minum, maka segera setelah tiba, setiap DOC dituntun untuk minum, dan tambahkan jumlah air minum normal sebesar 50-100% selama 4-5 jam. Pakan dapat diberikan setelah periode ini.

Jika DOC terlambat minum air dalam waktu beberapa hari dapat terlihat ketidakseragaman.

Jumlah tempat pakan dan minum

Jumlah tempat pakan dan tempat air minum yang terlalu sedikit akan membuat ternak tidak mendapat makan dan minum secara merata. Ketidakmerataan ini dapat menyebabkan ketidakseragaman berat pasar. Hal ini tentu saja dapat menurunkan produksi ayam per kandangnya, yang berakibat langsung menurunkan keuntungan yang diperoleh peternak.

Biasanya peternak memberi tempat pakan sebanyak 20 buah untuk 1000 ekor. Hal ini tentunya untuk 1 tempat pakan diperuntukkan bagi 50 ekor ayam dewasa. Padahal kapasitas satu tempat pakan hanya berkisar antara 12-17 ekor. Oleh karena itu tidak mengherankan jika terjadi variasi berat badan yang sangat lebar, yang artinya rendahnya keseragaman. Demikian pula kebutuhan tempat air minum, dapat menyebabkan ayam tidak minum secara serempak. Oleh karena itu untuk 1000 ekor ayam dewasa, membutuhkan 60 buah tempat minum.

Pakan/ransum

Pakan yang dicampur secara tidak merata dapat menyebabkan ketidakseragaman berat pasar ayam. Hal ini dikarenakan ayam tidak menerima zat gizi yang merata. Dengan kata lain, mungkin terdapat ayam yang menderita zat gizi yang berlebihan dan adapula yang kekurangan. Bentuk butiran yang terlalu besar dengan bahan pakan lainnya, karena ayam cenderung memilih butiran yang besar.

Untuk menghindari hal ini, maka pakan-pakan dibuat pelet. Dengan pelet ayam mau tidak mau akan memakan pakan tersebut tanpa bisa memilih.

Suhu kandang

Telah diketahui suhu bahwa suhu lingkungan dapat mempengaruhi pertumbuhan ayam. Pada saat anak ayam masih memerlukan panas tambahan, maka seyogyanya ayam mendapat panas tambahan yang merata. Untuk itu, indukan harus diberikan cukup. Sebagai contoh anak ayam mendapat panas berlebihan, akan dapat menurunkan nafsu makan yang berarti anak ayam kurang mendapat gizi yang cukup. Suhu yang terlalu panas akan mengganggu proses metabolisme dalam tubuh. Demikian pula jika anak ayam kurang nyaman, dapat mengganggu proses metabolisme yang dapat menimbulkan abnormalitas.

Demikian pula jika salah letak posisi kandang, misalnya sebagian kandang yang lain terlindung dengan sinar matahari, hal ini tentunya menyebabkan perbedaan suhu dan kelembaban kurang. Hal ini menyebabkan ketidakseragaman berat badan.

Kepadatan kandang

Kepadatan kandang dapat mempengaruhi keseragaman berat badan. Kandang yang terlalu padat menyebabkan ayam tidak mendapatkan pakan dan minum secara serentak. Selain itu, kandang yang terlalu dapat menimbulkan kanibalisme dan kebutuhan zat gizi tertentu meningkat. Ketidakseragaman ini dapat menimbulkan prilaku dominasi pada sekelompok ayam.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sampai dengan 14 ekor/m2, masih cukup baik. Jadi, untuk 1000 ekor broiler memerlukan kandang dengan ukuran 6 x 12 meter.

Penyakit dan abnormalitas

Kelainan metabolik seperti ascite, defisiensi dan kelebihan zat gizi, abnormalitas kaki serta penyakit infeksi dapat menimbulkan ketidakseragaman. Sebagai contoh, ayam yang mengalami kelainan kaki, menyebabkan ia sulit untuk mendapatkan makan dan minum. Hal ini mengakibatkan sebagian ayam kekurangan zat gizi, sehingga pertumbuhan terhambat.

Secara umum ayam yang terkena penyakit atau kelainan metabolisme turun nafsu makannya. Selain itu terjadi gangguan metabolisme yang menyebabkan ketidakefisienan penggunaan pakan yang dapat menghambat pertumbuhan.

Variasi dalam perlakuan terhadap individu

Cara memperlakukan individu juga dapat menghasilkan berat badan yang bervariasi. Ketika kita menangani ribuan ayam untuk vaksinasi, potong paruh dan pindah tempat, adalah sangat sulit untuk memperlakukan setiap ayam sama. Kita harus secara terus menerus memonitor para pegawai dan peralatan untuk meyakinkan bahwa metode kita diterapkan secara seragam bagi setiap ayam.

Kandang baterai yang meningkat

Pada industri broiler yang menggunakan kandang baterai bertingkat banyak, maka terjadi perbedaan terhadap mutu udara, pencahayaan dan suhu kandang. Perbedaan ini dapat menghasilkan variabilitas berat badan.

Pencahayaan

Pencayahaan secara alami memegang peranan penting terhadap keseragaman. Intensitas dan panjang matahari bervariasi dari hari ke hari karena musim, posisi matahari dan lekukan bumi. Panjang hari secara normal berkisar antara 15-30 menit sebelum matahari terbit sampai dengan 15-30 menit setelah matahari tenggelam.selama periode 15030 menit senjakala ini panjang gelombang 400-700 milimikron. Beberapa ayam akan mencari cara untuk mendapatkan tempat pakan dan makan ketika intensitas cahaya kurang dari 0,25 ft/candle (atau kurang dari 400 milimikron). Juga kondisi berawan, debu, air dalam udara dan faktor lain juga menurunkan panjang gelombang. Jadi jumlah stimulasi cahaya terhadap glandula pituitari mungkin berbeda pada ayam yang berbeda dan kandang yang berbeda. Hal ini menyebabkan sebagian ayam mencapai dewasa kelamin lebih awal.

Untuk mengatasi masalah ini, intensitas cahaya dapat disuplementasi secara buatan, jika cahaya yang tersedia secara alami menurun selama periode ”reading”, sehingga semua kandang memperoleh stimulasi yang sama untuk memperbaiki keseragaman.

Sistem pemberian pakan

Sistem pemberian pakan dapat mempengaruhi keseragaman. Pembatasan pakan di awal pertumbuhan yang salah dapat menyebabkan ketidakseragaman berat badan, tetapi sistem yang benar akan menghasilkan berat badan broiler yang lebih seragam.

Pemberian pakan harus dimulai 30 menit setelah matahari terbit untuk memberikan semua ayam kesempatan untuk makan pada waktu yang sama. Program a-skip-a-day akan membuat pakan lebih tersedia pada setiap waktu makan dan memberi semua ayam kesempatan untuk makan. Jika pakan bervariasi dalam ukuran juga akan menyebabkan ”selective-feeding” yang menyebabkan sebagian ayam kelebihan lemak. Untuk itu, keseragaman bentuk dan ukuran pakan harus diperhatikan.

Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar penyebab ketidakseragaman berat badan pada broiler dapat diatasi oleh peternak. Pemeliharaan yang kurang baik akan menyebabkan ketidakseragaman yang kemudian dapat merugikan bagi peternak. Urip Santoso Ph.D., Dosen Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu. POULTRY INDONESIA MARET 2000.

Sumber :klik disini

Review Antibiotik untuk Ayam

Antibiotik telah menjadi salah satu bagian yang mendukung produktivitas ayam, produksi telur dan pertumbuhan. Penggunaan antibiotik telah menjadi suatu kebutuhan dalam menjaga maupun memulihkan kesehatan ayam.

Kompleksitas penyakit yang menyerang menuntut kita menggunakan antibiotik secara tepat. Pemahaman kita mengenai antibiotik, baik karakter atau sifatnya sampai hal-hal yang berpengaruh terhadap daya kerja antibiotik haruslah kita optimalkan.

Penggunaan antibiotik bisa diibaratkan seperti pisau bermata dua. Disatu sisi antibiotik ini akan memberikan manfaat dikala diberikan secara tepat, namun bukan hal yang tidak mungkin pemakaiannya juga akan menimbulkan efek negatif, misalnya saja keracunan, disaat antibiotik diberikan secara kurang tepat.


Makna Antibiotik


Antibiotik bisa berarti zat aktif yang berasal dari mikroorganisme ataupun sintesis (buatan) yang dapat digunakan dalam konsentrasi rendah untuk menghambat atau membunuh organisme, baik bakteri, Mycoplasma maupun protozoa. Secara khusus antibiotik digunakan untuk pengobatan penyakit infeksi. Antibiotik bekerja dengan cara menekan atau memutus mata rantai metabolisme dalam tubuh mikroorganisme. Berbeda dengan desinfektan yang membasmi bibit penyakit dengan menciptakan lingkungan yang tidak sesuai bagi bibit penyakit tersebut.

Antibiotik awalnya ditemukan Alexander Fleming pada 1928 dan dinamakan penicillin G. Awalnya secara tidak sengaja kapang tumbuh di sediaan bakteri pada cawan petri yang lupa dibersihkan. Di bagian tumbuhnya kapang itu bakteri tidak ada yang berkembang, kondisi ini menstimulasi Alexander melakukan penilitian dan dari sanalah ditemukan antibiotik.

Karakteristik suatu antibiotik yaitu memiliki aktivitas menghambat (bakteriostatik) atau membunuh (bakterisid) mikroorganisme patogen. Toksisitas antibiotik juga bersifat selektif, dimana antibiotik ini aman bagi ayam namun bersifat racun (toksik) bagi mikroorganisme patogen.

Antibiotik dalam dosis tepat akan mampu secara aktif membunuh bibit penyakit dan mempunyai indeks terapi yang relatif aman. Indeks terapi diperoleh dari perbandingan dosis yang mengakibatkan kematian atau membahayakan (lethal dose) dibandingkan dosis yang efektif untuk membasmi penyakit (effective dose). Nilai indeks terapi yang semakin tinggi menunjukkan antibiotik semakin aman bagi ayam. Hal ini dapat diartikan antibiotik memiliki dosis membahayakan yang sangat tinggi dan dengan dosis yang kecil antibiotik telah efektif membasmi bibit penyakit.

Dalam dunia perunggasan, antibiotik dapat digunakan untuk pengobatan atau pencegahan penyakit. Selain itu, ada beberapa antibiotik yang difungsikan sebagai growth/egg promoter.

Kelompok Antibiotik


Saat ini telah ditemukan begitu banyak antibiotik, baik natural (alami) maupun sintetis (buatan). Antibiotik-antibiotik itu bisa diklasifikasikan ke dalam setidaknya tiga kelompok antibiotik berdasarkan spektrum kerja, sifat maupun struktur kimia.

Berdasarkan spektrum kerja, antibiotik dikelompokkan menjadi 2, yaitu :

Berspektrum sempit

Kelompok antibiotik ini hanya bekerja aktif terhadap bakteri tertentu, yaitu Gram (+) atau Gram (-) saja. Sebagai contohnya golongan peptida yang hanya bekerja aktif pada bakteri Gram (-). Golongan makrolida juga memiliki spektrum kerja sempit, hanya efektif untuk bakteri Gram (+) dan Mycoplasma. Sediaan antibiotik ini relatif jarang ditemukan, biasanya antibiotik ini diformulasikan berkombinasi dengan antibiotik lain sehingga memiliki spektrum yang lebih luas. Tysinol dan Tyfural merupakan contoh sediaan yang mengandung antibiotik dengan spektrum kerja sempit.

Antibiotik dengan spektrum kerja sempit hendaknya digunakan saat diagnosa penyakit telah dipastikan. Dan daya kerja antibiotik ini akan lebih optimal jika penyakit disebabkan oleh satu jenis bakteri.

Berspektrum luas

Antibiotik ini memiliki kemampuan membunuh beberapa macam bakteri, yaitu Gram (+) sekaligus Gram (-) dan juga Mycoplasma serta protozoa. Antibiotik golongan ini biasanya digunakan pada saat gejala ayam sakit belum spesifik atau sebagai upaya pencegahan serangan penyakit pada saat kondisi kandang tidak nyaman. Ayam yang terserang komplikasi beberapa jenis bakteri juga bisa diatasi dengan pemberian antibiotik dengan spektrum luas ini.

Fluoroquinolon, tetrasiklin dan sulfonamida merupakan golongan antibiotik yang memiliki spektrum kerja luas. Produk Medion yang memiliki spektrum kerja luas antara lain Proxan-C, Proxan-S, Neo Meditril, Trimezyn, Sulfamix atau Vita Tetra Chlor.


Berdasarkan sifatnya, antibiotik dibedakan menjadi bakteriostatik dan bakterisid. Antibiotik yang bersifat bakteriostatik bekerja dengan cara menghambat pertumbuhan bakteri melalui mekanisme hambatan sintesis protein. Pemberian antibiotik ini akan menekan konsentrasi atau jumlah bakteri yang menginfeksi sehingga berada dibawah batas konsentrasi untuk menimbulkan gejala klinis.

Lain halnya dengan antibiotik bakterisid yang bekerja membunuh bakteri. Mekanisme kerjanya dengan menghambat pembentukan dinding sel dan membran sel maupun menghambat pembentukan DNA atau inti sel.

Antibiotik yang bersifat bakteriostatik antara lain golongan makrolida, tetrasiklin, sulfonamida dan diaminopirimidin yang terdapat pada Tyfural, Coxy atau Doxyvet. Aminoglikosida, fluoroquinolon, penisilin dan peptida merupakan golongan antibiotik yang bersifat bakterisid. Contoh produknya antara lain Gentamin, Vet Strep, Proxan-C dan Neo Meditril.

Berdasarkan struktur kimianya, antibiotik dapat dibedakan menjadi 8 golongan, yaitu penisilin, aminoglikosida, fluoroquinolon, peptida, makrolida, tetrasiklin, sulfonamida dan diaminopirimidin.

Penisilin

Penisilin merupakan antibiotik yang bersifat bakterisid (membunuh). Turunan terbaru dari antibiotik yang ditemukan pertama kali pada tahun 1928 tersebut efektif membasmi bakteri Gram (+) dan Gram (-). Antibiotik hasil penemuan Fleming ini mudah diserap oleh tubuh melalui usus dan cepat masuk ke darah.

Antibiotik yang termasuk antibiotik -laktam ini bekerja pada dinding sel bakteri dan berikatan dengan penicillin binding protein. Mekanisme ini akan mengakibatkan bakteri mati. Amoxitin dan Ampicol mempunyai kandungan aktif antibiotik ini.

Aminoglikosida

Antibiotik yang mengandung amino dan glikosida ini bekerja secara langsung pada ribosom bakteri, membran sel dan menghambat sintesa protein sehingga bakteri akan mati (bakterisid). Antibiotik ini tidak bisa diserap melalui usus sehingga untuk tujuan pengobatan yang bersifat sistemik aplikasinya dilakukan secara injeksi (suntikan), baik subkutan (bawah kulit) maupun intramuskuler (tembus dinding atau otot).

Saat diberikan, antibiotik ini akan bekerja optimal membasmi bakteri Gram (+) dan Gram (-). Hanya saja saat terjadi gangguan ginjal, seperti pada kasus infeksi Gumboro maupun infectious bronchitis (IB) pemakaian antibiotik ini hendaknya dihindari karena akan memicu kerusakan ginjal yang lebih parah. Contoh obat yang mengandung antibiotik golongan aminoglikosida adalah Gentamin, Kanamin dan Vet Strep.

Fluoroquinolon

Struktur salah satu antibiotik fluoroquinolon


Antibiotik ini mulai dikenal tahun 1962 oleh Lesher. Pada aplikasinya, sediaan obat yang mengandung antibiotik golongan fluoroquinolon banyak tersedia. Proxan-S, Proxan-C, Neo Meditril, Doctril dan Coliquin merupakan contoh sediaan antibiotik dari golongan fluoroquinolon.

Ketika “kontak” dengan bakteri, flouroquinolon akan menyerang inti sel (DNA) bakteri dengan menghambat enzim DNA gyrase. Mekanisme ini akan mengakibatkan bakteri mati (bakterisid). Antibiotik ini memiliki spektrum kerja yang luas, baik terhadap bakteri Gram (+), Gram (-) dan Mycoplasma.

Aplikasi pemberiannya dapat dilakukan secara oral (melalui saluran pencernaan) maupun injeksi, baik subkutan atau intramuskuler. Agar obat bekerja optimal hindari adanya mineral/logam seperti Ca2+, Mg2+ dan Al3+ dalam air minum yang digunakan untuk melarutkan obat karena bisa menurunkan penyerapan obat di saluran pencernaan.

Peptida

Antibiotik ini bekerja aktif membunuh (bakterisid) bakteri Gram (-) dengan cara merusak atau menghambat membran sel. Antibiotik golongan ini tidak diserap oleh usus sehingga lokasi kerjanya bersifat lokal. Obat yang hanya mengandung antibiotik golongan peptida relatif jarang, biasanya dikombinasikan dengan golongan lain untuk meningkatkan potensi dan spektrum kerjanya, seperti Amoxitin dan Tycotil.

Makrolida

Struktur antibiotik golongan makrolida


Golongan antibiotik ini efektif untuk mengatasi bakteri Gram (+) dan Mycoplasma. Pemberian antibiotik ini akan bekerja mengganggu proses sintesis protein melalui mekanisme berikatan dengan ribosom 30S.

*

Tetrasiklin

Tetrasiklin merupakan antibiotik yang bersifat bakteriostatik (menghambat pertumbuhan bakteri) dengan cara menghambat sintesis protein dengan berikatan pada ribosom 30S. Antibiotik yang ditemukan pertama kali oleh Lloyd Conover ini memiliki spektrum kerja yang luas, dimana bisa mengatasi infeksi bakteri Gram (+), Gram (-) dan Mycoplasma.

Cara aplikasi antibiotik golongan tetrasiklin bisa dilakukan melalui oral maupun suntikan (subkutan atau intramuskuler). Hanya saja jika diberikan melalui oral sebaiknya memperhatikan kandungan logam Ca2+, Mg2+ dan Al3+ karena dapat menurunkan daya serap saat berada di usus. Feed supplement yang mengandung mineral sebaiknya diberikan pada waktu yang berbeda dengan pemberian antibiotik fluoroquinolon dan tetrasiklin, misalnya pemberian antibiotik pada pagi hingga sore hari dan supplement pada malam hari atau setelah pengobatan berakhir.

Medion telah memproduksi obat dengan kandungan antibiotik dari golongan tetrasiklin, diantaranya Doxyvet, Koleridin maupun Vita Tetra Chlor.


*

Sulfonamida

Sulfamix, Coxy, Trimezyn dan Respiratrek adalah produk Medion yang mengandung antibiotik dari golongan sulfonamida. Antibiotik yang ditemukan Gerhard Domagk ini telah dikenal luas oleh masyarakat, termasuk masyarakat peternakan.

Antibiotik ini bersifat bakteriostatik, yaitu bekerja menghambat pertumbuhan bakteri. Mekanismenya melalui hambatan pada sintesis asam folat sehingga mengganggu perkembangan bakteri. Saat diberikan pada ayam baik secara oral maupun suntikan (subkutan, intramuskuler), antibiotik yang telah digunakan sejak 1933 ini akan mampu mengatasi infeksi bakteri Gram (+), Gram (-) dan protozoa. Agar daya kerja lebih optimal, saat pemberian obat dengan kandungan antibiotik ini sebaiknya tidak diberikan suplemen berupa vitamin B dan atau asam amino. Selain itu, saat ayam mengalami gangguan ginjal sebaiknya penggunaan antibiotik ini dihindari.

Struktur kimia salah satu antibiotik golongan sulfonamida

Diaminopirimidin

Antibiotik golongan ini bersifat bakteriostatik. Mekanisme kerja dari antibiotik ini ialah menghambat sistesis (pembentukan) asam folat. Pemberiannya efektif untuk mengatasi serangan bakteri Gram (+) dan Gram (-). Aplikasinya dapat dilakukan secara oral maupun suntikan, baik subkutan maupun injeksi.

Daya kerja yang sinergis antara sulfonamida dan diaminopirimidin


Antibiotik ini biasanya dikombinasikan dengan golongan sulfonamida untuk meningkatkan daya kerjanya dan menurunkan tingkat resistensi bakteri terhadap kedua antibiotik ini. Kedua antibiotik ini memiliki mekanisme kerja yang sinergis, saling menguatkan. Trimezyn, Respiratrek, Erysuprim dan Antikoksi ialah produk Medion yang mengandung kombinasi kedua antibiotik tersebut.


Golongan antibiotik yang telah disebutkan sebelumnya bisa diformulasikan dalam bentuk tunggal maupun kombinasi. Tujuan kombinasi ini antara lain meningkatkan daya kerja dan spektrum kerja, menurunkan efek samping serta meminimalkan terjadinya resistensi. Hanya saja kombinasi ini tidak serta merta bisa dilakukan, alih-alih kombinasi yang tidak sesuai akan menurunkan daya kerjanya. Syarat kombinasi antibiotik ini haruslah dapat tercampur secara fisik, kimia dan farmakologi.

*

Tercampur secara fisik artinya kedua antibiotik dapat tercampur homogen
*

Tercampur secara kimia : saat antibiotik dicampurkan tidak terjadi reaksi kimia yang merugikan diantara keduanya, yang biasanya ditandai dengan perubahan warna yang berbeda dari kedua warna produk, adanya endapan atau terbentuknya gas
*

Tercampur secara farmakologi yaitu tidak terjadi interaksi antara kedua antibiotik yang menyebabkan turunnya potensi atau meningkatnya efek samping atau toksisitas

Melihat persyaratan tersebut, alangkah lebih baiknya jika kita membatasi pencampuran antibiotik yang dilakukan sendiri, tanpa pengetahuan yang lengkap. Bukan sebuah keniscayaan jika kombinasi antibiotik tidak tepat malah akan menurunkan potensi atau daya kerjanya. Sebagian besar produk obat Medion telah tersedia dalam bentuk kombinasi sehingga kita bisa menggunakan produk yang sudah ada.


Aplikasi Antibiotik


Pengetahuan kita mengenai antibiotik menjadi dasar kita untuk memilih obat yang tepat. Agar antibiotik ini bekerja secara optimal kita hendaknya memahami mengenai prinsip pengobatan, yaitu :

Obat harus sesuai dengan jenis penyakit yang menyerang

Setiap obat memiliki efek yang berbeda dan spesifik untuk setiap penyakit. Bagaimanapun baiknya cara pemberian obat, tetapi bila kita salah dalam memilih jenis obat, maka tidak akan diperoleh efek pengobatan yang diinginkan. Contoh : Pengobatan dengan Ampicol atau Amoxitin untuk mengatasi penyakit CRD tidak akan berhasil karena bakteri penyebab CRD, yaitu Mycoplasma gallisepticum tidak punya dinding sel sebagai reseptor Ampicol atau Amoxitin. Sebaiknya obat yang diberikan dari golongan tetrasiklin seperti Doxyvet karena kemampuannya menghambat sintesis protein pada reseptor M. gallisepticum (ribosom 30S)

Struktur tubuh M. gallisepticum yang tidak memiliki dinding sel


*

Obat bisa mencapai organ sakit atau lokasi kerja

Pemilihan rute pengobatan menjadi hal yang penting untuk memastikan obat dapat mencapai organ atau lokasi kerja yang diinginkan. Untuk mengobati penyakit infeksi pernapasan yang parah dan diinginkan efek segera, maka rute parenteral (injeksi atau suntikan) menjadi pilihan utama. Bila tidak tersedia sediaan parenteral, maka sediaan oral melalui cekok atau air minum dengan kandungan obat yang mempunyai efek sistemik dapat menjadi alternatif pilihan. Dengan memilih dan mengaplikasikan rute pengobatan yang benar, maka kemungkinan obat rusak atau tereliminasi sebelum mencapai organ target dapat diminimalisasi


*

Obat mencapai kadar yang cukup

Untuk menghasilkan efek pengobatan, obat harus mencapai kadar efektif minimum atau Minimum Inhibitory Concentration (MIC). Sebelum obat mencapai MIC, obat tidak akan bekerja menghasilkan efek pengobatan.

Kadar obat di dalam tubuh dipengaruhi oleh kondisi alamiah tubuh ayam sendiri, dimana ayam mempunyai respon yang berbeda terhadap obat yang dimasukkan ke dalam tubuhnya. “Nasib” obat di dalam tubuh ayam dapat diketahui melalui uji farmakokinetik. Para apoteker dan dokter hewan menggunakan hasil uji farmakokinetik tersebut sebagai dasar penentuan dosis sehingga obat dapat mencapai organ target dalam jumlah yang cukup melalui rute pengobatan tertentu


*

Obat mampu bertahan dalam waktu yang cukup

Secara alami, kadar obat di dalam tubuh akan berkurang dalam jangka waktu tertentu (dieliminasi dari tubuh). Ada parameter penting yang berhubungan dengan kecepatan eliminasi obat, yaitu waktu paruh. Waktu paruh yang diberi simbol T1/2 merupakan waktu yang diperlukan tubuh untuk mengeliminasi obat sebanyak 50% dari kadar semula. Obat dengan T1/2 pendek akan berada di dalam tubuh lebih singkat dibanding dengan yang mempunyai T1/2 panjang. Pada aplikasinya, obat dengan T1/2 pendek perlu diberikan dengan interval waktu lebih pendek, misalnya diberikan 2-3 kali sehari untuk mempertahankan kadar efektif di dalam darah.


Oleh karena itu, saat melakukan pengobatan kita harus tepat dalam mendiagnosa penyakit, memilih jenis obat, menentukan rute pemberian obat (oral, suntikan) maupun dosis dan lama pemberian obat sesuai dengan dosis dan aturan pakai yang tercantum pada etiket atau leaflet.

Beberapa hal yang harus dihindari saat proses pengobatan agar daya kerja atau keampuhan obat tetap optimal diantaranya mencampur obat dengan desinfektan karena dapat menurunkan potensi bahkan merusak obat. Hindari pula penggunaan air dengan kualitas rendah. Air minum dengan kesadahan tinggi akan mengakibatkan terbentuknya senyawa kompleks dengan tetrasiklin. pH air minum yang tinggi dapat menyebabkan Doxyvet, Amoxitin maupun Trimezyn mengendap sedangkan pH yang rendah akan mengendapkan Respiratrek.

Antibiotik bisa diibaratkan pisau bermata dua. Aplikasi yang tepat akan menghasilkan efek menekan atau membasmi bibit penyakit, namun diberikan sembarangan akan merugikan ayam. Antibiotik harus diberikan secara tepat agar daya kerjanya optimal.


Info Medion Edisi Agustus 2009
http://info.medion.co.id/index.php/artikel/layer/pengobatan-a-vaksinasi/review-antibiotik

Rabu, 14 Juli 2010

Mengapa protein diperlukan?

www.poultryindonesia.com. Protein merupakan suatu zat makanan yang amat penting bagi tubuh, karena zat di samping berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh juga berfungsi sebagai zat pembangun dan zat pengatur.


Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat. Molekul protein mengandung pula fosofr, belerang dan ada jenis protein yang mengandung unsur logam seperti besi dan tembaga.

Sebagai zat pembangun, protein merupakan bahan pembentuk jaringan-jaringan baru yang selalu terjadi dalam tubuh. Pada masa pertumbuhan, proses pembentukan jaringan terjadi secara besar-besaran termasuk pertumbuhan sel-sel otak untuk kecerdasan. Pada masa kehamilan, proteinlah yang membentuk jaringan janin dan pertumbuhan embrio. Protein juga mengganti jaringan tubuh yang rusak dan yang perlu dirombak. Fungsi utama protein bagi tubuh adalah untuk membentuk jaringan baru dan mempertahankan jaringan yang telah ada.

Protein ikut pula mengatur berbagai proses tubuh, baik langsung maupun tidak langsung dengan membentuk zat-zat pengatur proses dalam tubuh. Protein juga berperan dalam mengatur keseimbangan asam-basa dalam tubuh.

Ada dua macam protein yang bisa dikonsumsi manusia, yaitu protein hewani nabati yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan protein hewani yang berasal dari hasil ternak dan hasil perikanan. Dilihat dari kualitasnya dan keragaman jenis asam-asam amino penyusunnya, protein hewani mempunyai keunggulan dibanding protein karena mengandung asam amino esensial yang lebih lengkap.

Sumber : Booklet Tanya Jawab Seputar Telur

http://www.poultryindonesia.com/modules.php?name=News&file=article&sid=1480

Minggu, 06 Juni 2010

Pengaruh Cekaman Panas Ayam Broiler Awal Periode "Starter" terhadap Suhu Tubuh serta Dampaknya terhadap Performans Umur 2-3 minggu

Program Studi Produksi Ternak September 2005

(The Effect of Heat Exposure on Broiler Chicken at Early Starter Period to Body
Temperature and Their performance at 23 weeks old)

IRMA PUJI YUSWANING. H2B 000 039. 2005.
(Pembimbing: ISROLI dan EDJENG SUPRIJATNA).

ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh secara langsung cekaman
panas pada ayam broiler awal periode "starter" terhadap suhu tubuh serta performans
produksi umur 2-3 minggu. Manfaat dari penelitian ini yaitu diperoleh suhu dan lama
pemeliharaan pada awal periode "starter" yang memberi (menghasilkan) performans
produksi terbaik pada ayam broiler periode "starter". Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
14 - 29 Mei 2004 di Laboratorium Fisiologi dan Biokimia Fakultas Peternakan Universitas
Diponegoro Semarang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
eksperimen. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 100 ekor ayam broiler
periode "starter" yang diperoleh dari Bamboe Poultry Shop. Rancangan yang digunakan
adalah rancangan faktorial 4 x 6 dengan Rancangan dasar Acak Lengkap (RAL) model
splitplot in time. Sebagai petak utama ("main plot") adalah beberapa tingkat panas (T) dan
sebagai anak petak ("sub plot") adalah lama waktu pengamatan (W). Temperatur yang diteliti
adalah suhu kamar (TI) sebagai cekaman dingin dan temperatur di atas suhu kamar yaitu
390 C (T2), 410C (T3) dan 430C T4). Pengukuran suhu tubuh, konsumsi ransum, konsumsi
air minum dan bobot badan dilakukan pada jam ke-12, ke-24 dan ke-36 pada periode
cekaman dan setiap minggunya setelah ayam terbebas dari cekaman. Rata-rata suhu tubuh
ayam broiler dengan perlakuan T1, T2, T3 dan T4 berturut-turut adalah 39.970C, 40.280C,
40.920C dan 40.970C. Rata-rata konsumsi ransum ayarn broiler dengan perlakuan TI, T2, T3
dan T4 berturut-turut adalah 48.22 g, 50.41 g, 47.79 g dan 46.51 g. Rata-rata konsumsi air
minum ayam broiler dengan perlakuan TI, T2, T3 dan T4 berturut-turut adalah 84.83 ml,
91.36 mi, 92.59 ml dan 90.57 ml. Rata-rata bobot badan ayam broiler dengan perlakuan TI,
T2, T3 dan T4 berturut-turut adalah 199.80 g, 212.33 g, 201.83 g dan 207.03 g. Kesimpulan
dari penelitian ini adalah ada pengaruh beberapa tingkat cekaman suhu pada awal periode
"starter" terhadap suhu tubuh dan konsumsi air minum ayarn broiler periode "starter". Ada
Pengaruh lama waktu pengamatan terhadap suhu tubuh, konsumsi ransum, konsumsi air
minum dan bobot badan ayarn broiler periode "starter". Ada pengaruh interaksi antara
beberapa tingkat cekaman suhu pada awal periode "starter" dan lama waktu pengamatan
terhadap suhu tubuh, konsumsi air minum dan bobot badan ayam broiler periode "starter".
kata kunci : cekaman, panas, broiler, "starter", suhu tubuh, konsurnsi.


Sumber : http://eprints.undip.ac.id/4525/1/30.pdf

Sabtu, 05 Juni 2010

BAGAIMANA MENGHITUNG DOSIS?


AYAM sakit harus diobati. Agar obat yang harganya mahal dapat menyembuhkan ayam tersebut, harus dihitung dosis
yang tepat. Kalau dosis berlebihan dapat menyebabkan racun. Jika dosisnya kurang, ayam tersebut tidak sembuh malah bertambah penyakitnya.
Bagaimana cara menghitung dosis obat?
Contoh : Pemberian atibiotik Oxytetracycline dengan jumlah ayam layer 10.000 ekor, umur 18 minggu.
- Satu bungkus Oxytetracycline beratnya 200 gram (80 gr zat aktif Oxytetracycline)
- Konsumsi air minum : 3000 ltr/hari
- Berat badan ayam umur 18 minggu: 1,6 kg/ ekor
- Dosis Oxytetracycline yang dianjurkan : 55 mg/kg berat badan

Perhitungan perhari :

= (BW (kg) x Jumlah ayam x dosis Oxytetarcycline (mg/kg bobot badan))/
(1000 x zat aktif Oxytetracycline didalam obat)

= (1.6 x 10000 x 55)/(1000 x 80)

= 11 bungkus/hari ( 2200 gr/hari)

Didalam pengobatan melalui air minum, hal-hal yang perlu diperhatikan :
1. ketepatan perhitungan dosis berdasarkan berat badan rata-rata didalam suatu kandang/fl ok yang akan diobati.
2. Pastikan peralatan yang akan digunakan untuk pengobatan seperti tempat minum berjalan dengan baik.
3. Bersihkan tempat minum dari partikel yang tidak baik untuk kesehatan ayam dan baru diberikan obat.
4. Sangat dianjurkan untuk mengetahui kestabilan PH air.
(Agus Setiawan, Technical Service and Development, PT. CPI Jakarta).
BULETIN CP. OKTOBER 2006

LIGHT AND LIGHTING FOR POULTRY


Light is an important aspect of an animals environment. Avian species as well as mammalian species respond to light energy in a variety of ways, including growth and reproductive performance. The value of regulating the photoperiod of poultry and livestock to stimulate reproduction has been recognized for many years and is used regularly by commercial poultry and livestock farmers. For chickens there are three major functions of light: 1. to facilitate sight, 2. to stimulate internal cycles due to day-length changes, and 3. to initiate hormone release. Providing light for chickens has become a little more complex during the last 15 years than just screwing in a bulb and flicking on a switch. Now there are a wide variety of lighting programs and devices available to poultry producers, each with its own characteristics and applicability to rearing chickens. However, before we get to the details, I have found that most people are slightly confused about what light is and what aspects of it are important to rearing poultry. I would therefore like to elaborate on this just a little.

Tulisan Lengkap KLIK DISINI

Jumat, 21 Mei 2010

Chick In (lagi...)




Selasa, 27 April 2010

Pengaruh Udara Tropis terhadap peternakan ayam

JUMAT sore beberapa jam selepas jam kantor, iring-iringan mobil melaju dari Jakarta menuju Bogor. Jalur Puncak padat
merayap karena banyaknya kendaraan dari orang-orang yang ingin melepaskan penatnya setelah bekerja selama sepekan menuju arah yang sama. Apa yang mereka cari hingga mau bersusah payah bermacet ria selama kurang lebih 3 jam perjalanan? Salah satu alasan mereka adalah ingin mencari udara yang nyaman, segar dan sejuk atau bersih. Ada apa dengan udara sehari –hari yang biasa mereka hirup?

Udara bersih dan partikulat
Udara bersih adalah udara yang mengandung beberapa macam gas dengan komposisi yang normal, dan hanya sedikit sekali partikulat. Menurut Sastrawijaya, 2000. Udara bersih mengandung nitrogen (N2 78 %), oksigen, argon (O2, Ar 0.94%) karbondioksida (CO2 0.03%), helion (He 0.01%), neon (Ne 0,01%), kripton (Kr 0.01%) serta metana, karbonmonoksida (CO), amoniak (NH2), nitrat oksida (N2O) dan hidrogen sulfide (H2S) dalam jumlah yang sangat sedikit sekali. Sedangkan artikulat adalah partikel halus yang mencemari udara dan dapat berupa zat padat atau zat cair yang sangat halus seperti debu (0.1 -25 mikron), Fumes (zat padat hasil kondensasi gas) berukuran kurang dari 0.1 mikron smoke (kurang dari mikron), smog merupakan fog (kabut) campur asap disamping itu ada pula partikulat hidup seperti mikroba dan beberapa sapropyt sperti jamur, spora, bakteri tanah dan virus. Udara bukanlah tempat hidup alamiah mikroba, oleh karena itu penularan penyakit melalui udara bebas sulit terjadi disamping karena adanya efek pengeringan, ozon dan radiasi ultra violet, kecuali penyakit yang disebabkan oleh mikroba berspora dan virus.

Kenyamanan thermal
Dari 170 triliun kilo watt energi matahari yang jatuh ke bumi, 3% diserap ozon, 8% dipantulkan kembali oleh permukaan bumi dan 45% diserap oleh tanah, isanya (44%) dipantulkan oleh awan , diserap gas dan debu. Sehingga partikulat disamping sebagai polutan juga membawa panas matahari (Sukandarrumidi,2006). Zat cair dan air dalam bentuk kabut atau uap air mempengaruhi tingkat kelembaban, yaitu perbandingan kandungan uap air pada suatu saat dengan kandungan uap air pada titik jenuh dalamsuhu saat itu. Air dalam bentuk kabut akan lebih mudah menangkap panas dari udara lingkungan sekitarnya, tetapi jika lingkungan lembab seperti umumnya daerah tropis lembab), udara tidak lagi haus akan uap air, sehingga penguapan tidak berlangsung dengan cepat. Kenyamanan Thermal adalah daerah dalam komposisi udara yang yaman, yang secara kasar di wilayah tropis lembab diwakili oleh batas –batas 240C< T < 260C ; 40%< RH <60% dan Kecepatan angin 0.6m/s < V < 1.5 m/s.

Udara tropis lembab vs peternakan ayam
Masalah Utama untuk membangun sebuah peternakan ayam di daerah tropis adalah kelembaban yang tinggi. Udara akan terasa lebih panas, karena ayam mengeluarkan panas dari aktivitas metabolisme yang harus dibuang melalui udara. Namun karena udara jenuh dengan uap air maka dengan cepat udara akan terasa lebih panas
dan ayam terlihat panting, paruh ayam akan terbuka lebar sebagai usaha untuk mengeluarkan panas lebih cepat, karena ayam tidak mempunyai kelenjar keringat. Ayam yang panting pasti tidak makan oleh karenanya feed intake tentu saja tidak tercapai, sehingga akan terjadi gangguan produktivitas.

Ventilasi
Untuk mengatasi panas dan partikulat polutan di dalam maupun diluar bangunan kandang dibutuhkan Ventilasi yang cukup. Ventilasi adalah proses penggantian udara ruangan oleh udara segar dari luar baik secara alami maupun dengan bantuan alat mekanis (kipas angin)

Udara di dalam kandang
Ada 3 macam udara di alamkandang, udara atas yang ringan, udara tengah yang mengenai tubuh ayam dan udara bawah yang berat, lembab dan kotor. Udara bawah ini sebagai tempat yang menyenangkan untuk serangga dan mikroba, sehingga ventilasi disamping untuk mengeluarkan panas , kelembaban dan partikulat di dalam kandang, juga terutama diarahkan untuk mengeluarkan udara bawah kandang ini dan mengganti dengan udara dari luar yang masih segar.

Menurut FG. Winarno (Kompas, 26 Agustus 2007), Peralatan dapur seperti cobek, talenan dapat menjadi tempat bakteri berkembang biak. Dalam setiap 1 cm persegi peralatan itu terdapat 750,000 bakteri, dalam kondisi dibiarkan kotor selama 2 jam terdapat 5 juta bakteri per cm persegi atau bertambah sebanyak 4,250,000 bakteri. Luar biasa dibandingkan dengan udara bawah kandang, tempat kotoran ayam menumpuk dan mikroba yang normal ada di atas tanah atau yang dilepaskan oleh tubuh ayam melalui faecesnya. Dari udara bawah inilah sebenarnya sumber pencemaran udara di dalam kandang, selain mikroba partikulat debu, gas ammoniak, gas methan adalah sumber ketidak nyamanan bagi ayam yang hidup di atasnya.

Penularan penyakit melalui udara bebas sulit terjadi, oleh karenanya bentuk vegetatif akan lekas musnah terutama di udara bebas, namun jumlahnya tergantung aktivitas dan keadaan lingkungan yang ada. Udara di atas tanah yang subur mengandung lebih banyak mikroba dari pada udara di atas tanah yang tandus/gundul,
udara di atas tanah yang gundul akan lebih banyak mikroba daripada udara di atas tanah yang ditumbuhi tanaman dan yang paling sedikit adalah udara di atas laut. Maka pemilihan lokasi kandang menjadi sangat penting. Kandang dilokasi yang banyak memiliki aliran angin umumnya mempunyai performance yang baik dari pada kandang yang sedikit atau bahkan mati angin. Kandang dengan sistem panggung akan lebih baik performancenya dibandingkan sistem postal. Pada kandang ayam
petelur dengan sistem baterei, alas kandang yang dibentuk seperti bak dengan pinggiran sekitar 15 atau 20 cm di atas tanah dan berfungsi sebagai penampung faeces akan menghalangi pertukaran udara bawah. Akan lebih baik jika ke dalam bak itu ditambahkan tanah dan zat- zat absorben seperti kapur, sekam atau
lainnya yang dibentuk seperti bukitsehingga permukaannya lebih tinggi dari permukaan tanah, sehingga masih tetap ada pergantian udara bawah, Di daerah Curug, Tangerang dengan memasang kipas angin dibawah kolong baterai dalam jumlah yang cukup, ternyata menghasilkan performance yang baik. Manajemen udara bawah
dan manajemen untuk mengelola feces di sebuah peternakan ayam petelur menjadi sangat penting , mengingat posisinya sebagai sumber pencemaran, maka di lokasi yang kurang mendapat angin atau angin tidak ada, sistem kandang closed house adalah pilihan yang tepat. Meskipun kandang dengan aliran angin yang cukup mampu
memberikan performance yang baik,namun tidak sepenuhnya kenyamanan thermal dapat di kontrol seperti halnya pada closed house.

Kandang closed house
Meskipun memerlukan teknolgi yang lebih tinggi dan SDM yang lebih terdidik, closed house lebih menjamin ayam tetap berada dalam kenyamanan thermal yang diinginkan, kecuali, faktor kelembaban yang masih sulit untuk dikontrol. Namun dengan pergantian udara yang terus menerus kekurangan ini dapat dikompensasi, yang penting kenyamanan fisiologis (yang di rasakan oleh ayam) sudah terjadi. Pergantian udara bawahpun terjadi dengan baik, sehingga benar sekali kalau Dr. A. Nidom mengatakan, bahwa closed house sebagai bagian dari biosekuriti.” (Poultry Indonesia Vol. II Agustus, 2007). Keuntungan lainnya closed house mengurangi dampak sosial yang ditimbulkan oleh bau (amoniak & methane) dan lalat.

Sedikit berbeda dengan kita mencari udara nyaman dan segar sehabis tekanan kerja atau aktivitas yang melelahkan selama sepekan, ayam membutuhkan kenyamanan, kesejukan dan kesegaran disaat bekerja untuk lebih banyak menghasilkan telur atau mengkonversi makanan menjadi daging, maka perlu mengarahkan manajement
peternakan dengan mengutamakan kenyamanan hidup ayam. Yang tidak berbeda di antara keduanya adalah, sama-sama membutuhkan udara yang bersih dan nyaman. (Subacho, Tech.Service & Development CPI-JKT)
BULETIN CP. SEPTEMBER 2007

PROSPEK PROBIOTIK PADA BROILER

ROILER dengan jangka hidup yang cukup pendek, memiliki koloni dalam ususnya yang sangat peka sehingga perlu
meningkatkan system pengaturan tubuhnya. Cara yang biasa dilakukan untuk melindungi ayam yang masih muda adalah dengan pemberian antibiotika atau dengan penggunaan AGPs (Antibiotik Growth Promotors) perlu diperhatikan.Namun, beberapa negara Eropa dan Amerika, telah melakukan pembatasan terhadap penggunaan antibiotika. Bahkan di tahun 2006 Uni Eropa melarang penggunaan AGPs. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya resistensi penggunaan antibiotika dan menghindari pengaruh negatif antibiotika pada manusia. Pemakaian antibiotik padaunggas dapat ikut menyelinap ke dalam produk ternak (daging dan telur), sehingga terakumulasi disana dan menjadi residu. Residu tersebut mempunyai efek yang kurang menguntungkan terhadap kesehatan konsumen, antara lain terjadi resistensi bakteri dan sensitifitas pada konsumen. Pemberian antibiotika juga bisa menganggu keseimbangan mikroba dalam saluran pencernaan inangnya.
Sebagai salah satu alternatifnya adalah dengan pemberian probiotik, karena tidak mempunyai efek samping yang negatif jika diberikan dalam dosis yang tepat.

Di dalam saluran pencernaan,terdapat sekitar 100-400 jenis mikroba yang dikelompokkan pada mikroba yang menuntungkan dan yang merugikan (patogen). Di lingkungan yang normal,saluran usus pada anak ayam terkolonisasi dengan mikroorganisme. Umumnya sumber mikroflora usus adalah dari permukaan telur yang tidak steril sebagai hasil kontak induk dengan sangkarnya. Pada peternakan komersial, kolonisasi pada saluran usus ada hubungannya dengan kebersihan di hatchery dan kontak dengan lingkungan bebas.

Saat umur 21 hari, broiler dapat mengatur keseimbangan flora usus. Setelah umur 21 hari tantangan seperti stress, pergantian pakan dan pemberian obat-obatan seperti antibiotik dapat menganggu flora dalam saluran gastrointestinal
dan menyebabkan kerugian. Jika saluran usus terkolonisasi dengan mikroba merugikan maka akan berdampak patogen bagi tubuh.

Probiotik dalam Pakan

Menurut Fuller (1992), probiotik adalah makanan tambahan berupa mikroba hidup, baik bakteri, kapang/yeast yang dapat menguntungkan bagi inangnya dengan jalan memperbaiki keseimbangan mikroba dalam saluran pencernaan. Mikroba yang dikatakan sebagai probiotik
(McNaught and MacFie, 2000) jika :
1. Dapat diisolasi dari hewan inangnya dengan spesies yang sama.
2. Menunjukkan pengaruh yang menguntungkan bagi inangnya.
3. Tidak bersifat patogen.
4. Dapat transit dan bertahan hidup di saluran pencernaan inangnya.
5. Sejumlah mikroba harus mampu bertahan hidup pada periode yang lama selama penyimpanan.

Mekanisme kerja probiotik masih banyak dikontroversikan. Mekanisme berikut ini dapat menjadi bahan pertimbangan (Budiansyah A, 2004),antara lain :
1. Melekat dan berkolonisasi dalam saluran pencernaan.Jika mikroba dapat menempel kuat pada sel-sel usus maka ikroba dapat berkembangbiak dan mikroba patogen akan tereduksi dari sel-sel usus.
2. Berkompetisi terhadap makanan dan memproduksi zat antimikroba.Mikroba probiotik menghambat organisme patogen dengan berkompetisi.
3. Menstimulasi mukosa dan meningkatkan sistem kekebalan inang.

Penggunaan probiotik sebagai bahan aditif dapat memberikan keuntungan pada inangnya (terutama dalam saluran pencernaan), diantaranya :
1. Efek nutrisional Pemberian probiotik secara langsung memberikan efek menguntungkan, seperti diantaranya engurangan kemampuan mikroorganisme patogen dalam memproduksi toksin, menstimulasi produksi enzim indigenus yang dapat meningkatkan fungsi pencernaan unggas, dihasilkannya vitamin dan substansiantimikrobial sehingga meningatkan
status kesehatan inang.
2. Efek sanitari Dengan adanya probiotik dapat menstimulasi respon kekebalan. Mikroba probiotik dapat mengeluarkan toksin yang dapat menghambat perkembangan mikroba patogen dalam saluran pencernaan sehingga dapat meningkatkan kekebalan inangnya. Toksin dari mikroba probiotik merupakan antibiotik bagi mikroba patogen.
Probiotik pada unggas bisa diberikan dalam campuran pakan atau melalui air minum atau dalam bentuk probiotik yang
hanya mengandung 1 macam strain mikroba.
Pemberian probiotik dalam pakan dapat memelihara mikroflora usus inangnya. Salah satu faktor berfungsi atau tidaknya probiotik adalah stabilitas penyimpanannya dan processing pakannya. Perlakuan panas dan tekanan selama pelleting adalah hal yang dapat mengganggu kestabilan probiotik di dalamnya.
Solusi terbaik penggunaan probiotik sehingga tetap stabil adalah dengan menggunakan spora dari strain mikrobayang menguntungkan. Spora tersebut diselimuti oleh mantel alami, bukan dari kapsul. Pemilihan untuk mikroorganisme probiotik perlu dilakukan uji tes.
Pemberian probiotik dengan mikroba tunggal dalam bentuk spora akan lebih baik karena lebih menguntungkan dan kualitasnya lebih terjamin.
Probiotik strain Bacillus subtilis yang toleran terhadap panas telah diuji tes pada percobaan pakan broiler di beberapa negara. Hasil yang diperoleh menunjukkan peningkatan yang terus menerus terhadap konversi pakan dan
pertambahan berat badan. Keuntungan yang dihasilkan dari probiotik ini ada kaitannya dengan keseimbangan mikroflora di dalam saluran gastrointestinal, meningkatnya kesehatan usus dan memberikan kesehatan menyeluruh dan pada akhirnya akan memperbaiki performance.
Percobaan yang dilakukan di Brazil dan USA membuktikan bahwa performance broiler dapat ditingkatkan dengan menggunakan bakteri tunggal strain Bacillus subtilis sepanjang periode produksinya. Percobaan broiler dengan pemberian antibiotik, yaitu : kontrol (tanpa suplemen antibiotik atau probiotik), antibiotik (AGP) dan dengan
pemberian probiotik. Percobaan dilakukan pada ayam broiler komersial. Tujuan percobaan tersebut untuk menunjukkan
respon pertumbuhan dan konversi pakan pada broiler baik yang menggunakan probiotik atau suplementasi pakan AGP
dibandingkan dengan kontrol.
Percobaan tersebut menunjukkan bahwa pemberian bakteri strain B. Subtilis pada pakan dengan level 8x105 unit per
gram pakan sangat efektif meningkatkan berat badan dan perbaikan rasio konversi pakan dibanding dengan kontrol.
Percobaan menunjukkan bahwa produk probiotik tidak berbeda jauh dengan AGP untuk meningkatkan rasio konversi
pakan. Penelitian ini diusulkan bahwa spora dari probiotik strain baru untuk direkomendasikan digunakan pada
peternakan komersial saat periode growing. Strain probiotik tunggal atau dengan penambahan mikroba langsung
dalam pakan sangat potensial digunakan sebagai pengganti AGP dan lebih ekonomis untuk meningkatkan performance ayam
broiler. Roli Sofwah Hakim
(Sumber : Feed International, Nov – Des 2005 dan Makalah Falsafah Sains, Agus Budiansyah, 2004)
BULETIN CP. DESEMBER 2005

JANGAN SEPELEKAN MINGGU KETIGA

BROILER modern merupakan hasil rekayasa genetika dengan tingkat pertumbuhan badan yang cepat. Banyak faktor yang harus diperhatikan agar pertumbuhan broiler optimal, diantaranya adalah kondisi kandang dan lingkungan kandang yang
berpengaruh 70%.

Mengapa minggu ketiga
(umur 14-21 hari) ?
1. Minggu ketiga adalah masa dimana sistem kekebalan dari induk sudah minimal sementara “ active immunity “ baru dimulai. Sistem kekebalan tubuh yang rendah ini dapat mengakibatkan ayam mudah terserang penyakit
2. Pertambahan berat badan (gain) dan konsumsi pakan cukup tinggi
3. Minggu ketiga adalah masa dimana ayam sering mengalami stres akibat perlakuan vaksinasi, turun sekam dan erubahan dari pemakaian pemanas hingga tanpa pemanas

Tindakan :
1. Lakukan vaksinasi di pagi hari atau sore hari untuk mengurangi stres pada ayam
2. Berikan larutan gula 2 % selama 2 jam dan vitamin anti stres pada saat sebelum dan sesudah vaksinasi atau pada saat turun sekam.
Larutan ini berfungsi untuk membantu memperbaiki sistem kekebalan.
3. Jangan merubah dan membatasi pakan pada preiode ini karena dapat menambah stres.
4. Jaga agar kualitas udara selalu baik.
5. Tingkatkan biosecurity kandang.

Selamat beternak.
M. Arifien,
Technical Service and Development Dept, PT. CPI Jakarta
BULETIN CP. NOPEMBER 2005

Menghitung Kebutuhan Air untuk Vaksin Melalui Air Minum

Beberapa kendala yang biasa didapatkan atau ditemukan dilapangan oleh beberapa
peternak yakni teknik atau cara menentukan kebutuhan air untuk vaksin melalui air
minum. Pertama-tama yang harus diketahui oleh seorang peternak adalah kebutuhan air
minum yang normal untuk broiler.

Tabel 1. Kebutuhan Air Minum Pada Broiler ( Temperatur 32,5°C ) Per 1000 Ekor

No Umur ( Minggu ) Kebutuhan Air Minum ( Liter )
1 1 27
2 2 100
3 3 172
4 4 271
5 5 334


Dari Tabel 1 diatas dapat dijadikan sebagai pedoman untuk menentukan kebutuhan jumlah
air minum untuk vaksin melalui air minum.
Jumlah Kebutuhan Air Untuk Vaksin =
8
A ( Liter)
Keterangan :
A = Jumlah Kebutuhan Air Minum ( Sesuaikan Dengan Umur Ayam,Lihat Tabel 1 ).
8 = konstanta
Contoh :
- Si Amir mempunyai ayam broiler 2000 ekor,yang berumur 13 hari. Pada hari ke – 14 Si Amir
sudah membuat program untuk vaksin gumboro ( Vaksin IBD ). Berapa liter air yang harus
dipakai oleh Si Amir jika ia mau melaksanakan vaksin gumboro melalui air minum?
- Jawab :
Dari Tabel 1 didapatkan bahwa kebutuhan air minum per 1000 ekor adalah 100 liter untuk
minggu kedua ( 14 Hari ), jadi total kebutuhan air minum adalah sebesar 200 liter.
Air minum yang dibutuhkan oleh Si Amir untuk vaksin gumboro di umur 14 hari adalah :
8
200
= 25 Liter.
Syahrir Akil, Manager TS & D, PT Charoen Pokphand Indonesia Jakarta
BULETIN CP. NOPEMBER 2005

MAREK’S... PENANGGULANGANNYA

kerugian akibat Marek’s dapat berupa kematian atau gangguan performance ayam. Ayam yang terkontaminasi virus Marek’s, daya tahan tubuhnya akan tertekan/menurunnya respon kekebalan (imunosupresi) sehingga ayam peka terhadap infeksi mikroorganisme lain. Infeksi Marek’s ini ditularkan secara horisontal. Biasanya disebarkan lewat debu atau kotoran ayam yang tertular.
Penyakit Marek’s biasa menyerang :
• Ayam muda (umur kurang dari 2 minggu).
• Flok yang terserang tidak mempunyai zat kebal induk yang cukup.
• Strain ayam yang rentan terhadap Marek’s.

Langkah-langkah yang dibutuhkan

untuk menanggulanginya :
• Tingkatkan sanitasi dan biosekuriti.
• Sebaiknya pilih strain ayam lebih tahan terhadap penyakit Marek’s.
• Lakukan manajemen pemeliharaan yang baik.
• Lakukan kontrol yang baik terhadap kasus imunosupresi lainnya (seperti IBD).
• Berikan vaksinasi Marek’s sebelum ayam terkena virus Marek’s.
• Pemberian pakan dengan nutrisi yang bagus dan bebas parasit/menimbulkan penyakit.
• Jika suatu peternakan memiliki masalah penyakit Marek’s, salah satu solusinya adalah lakukan depopulasi,
sanitasi dan desinfektan seluruh bagian kandang dan peralatan dan biarkan kandang beberapa bulan (istirahat kandang). Vaksinasi virus Marek’s akan lebih baik dilakukan di hatchery.

Roli Sofwah H, TS & D, CPI Jakarta .The State of Queensland (Department of Primary Industries and Fisheries) 2005, www.qld.gov.au
BULETIN CP. NOPEMBER 2005

AIR OKSIDASI ELETROLIT UNTUK MENCUCI TELUR

UMUMNYA untuk mencegah kontaminasi mikroba pada telur dilakukan pencucian dengan ditergen alkalin. Penelitian yang dilakukan oleh Universitas Penn State menemukan bahwa air dari oksidasi elektrolit (EO/electrolyzed oxidizing) terbukti dapat juga menetralisir kontaminasi bakteri. EO dihasilkan dari pelarut garam (12%) dan merupakan hasil produk pemisahan. Penelitian yang dilakukan adalah dengan jalan menggunakan telur yang telah terkontaminasi S. enteritidis dengan E. coli kemudian telur tersebut dicuci dengan cairan ini. Penggunaan EO ini ternyata dapat mengeliminasi/mengurangi sejumlah kuman pathogen tersebut. Peneliti menyimpulkan bahwa penggunaan EO sangat potensial digunakan sebagai agen sanitasi telur untuk mencegah kontaminasi mikroba merugikan.
Apakah metode ini dapat di aplikasikan oleh peternak di Indonesia? Tidak ada salahnya jika metode ini dilakukan. Hanya saja perlu dipertimbangkan, apakah efektif dan bisa menguntungkan...
Roli Sofwah Hakim, Technical Service & Development, CPI, Jakarta (Sumber : Poultry International).
BULETIN CP. DESEMBER 2005

Pengobatan Tradisional untuk Menyembuhkan Flu Burung


PAKAR Biomolekuler dari Surabaya Dr Drh CA Nidom MS menyatakan penyakit Flu Burung akibat virus avian influenza (AI) dapat dicegah dan disembuhkan dengan pengobatan tradisional melalui berbagai tanaman dan tumbuh-rumbuhan (herbal
medicine) seperti temulawak, kunyit,dan lidah buaya (Aloe vera).Upaya pencegahan dan penanggulangan virus flu burung
sebetulnya relatif mudah dilakukan dan tidak memerlukan penerapan teknologi yang tinggi,” kata dosen FKH Universitas Airlangga (Unair) Surabaya. Dia juga menjelaskan bahwa struktur virus AI sebenarnya dapat rusak hanya dengan sabun (deterjen). Virus AI sangat peka dengan seluruh jenis disinfektan, termasuk biodesinfektan sehingga tidak memerlukan terknologi tinggi untuk menghambat virus tersebut.
Pengobatan dengam herbal juga dapat menghancurkan virus tersebut. Temulawak dan kunyit bisa dikonsumsi dalam bentuk minuman untuk mencegah peningkatan konsentrasi sitokin dalam tubuh akibat inveksi virus AI dengan sub tipe H5N1. Temulawak dan kunyit ini sangat efektif karena kandungan curcuma yang ada pada keduanya berpotensi sebagai inhibitor terhadap sintesis sitokin,” katanya. Hal sama juga terdapat pada tanaman lidah buaya. “Lidah buaya memiliki kandungan emodin dan scutellaria yang berfungsi sebagai antiviral. Bahan itu mampu menghancurkan enzim yang terdapat pada virus flu burung.
Namun, formulasi herbal medicine yang tepat sampai saat ini masih menunggu para peneliti dari Fakultas Farmasi untuk merumuskannya,sehingga dapat digunakan menanggulangi virus flu burung.Sedangkan infeksi flu burung pada manusia, beliau menilai hal itu bersumber dari sektor peternakan, karena itu penyelesaiannya harus bersifat terintegrasi dan terkoordinasi antar instansi. Departemen Pertanian sudah menetapkan sembilan langkah strategis guna menangani erebaknya virus itu, diantaranya biosekuriti yang ketat, depoluasi, vaksinasi,pengendalian lalu lintas, surveilians,
penelusuran, dan public awareness melalui restocking, stamping out di daerah yang baru tertular, serta monitoring dan evaluasi. Selain itu,Departemen Kesehatan juga sudah menetapkan langkah penanggunalan virus flu burung, antara lain mencegah infeksi baru pada hewan/unggas, melindungi kelompok beresiko tinggi dengan biosekuriti, strategi surveilans sebagaimana diterapkan Deptan dan strategi komunikasi, informasi serta edukasi.
Depkes juga mengeluarkan strategi menajemen kasus dan pengendalian infeksi di sarana kesehatan, peningkatan studi/
penelitian kesehatan, dan menyatakan bahwa flu burung merupakan Kejadian Luar Biasa (KLB) dalam skala nasional ehingga setiap orang harus benar-benar waspada.

(Suber : Republika Nopember 2005)
BULETIN CP. JANUARI 2006

Senin, 29 Maret 2010

Newcastle Disease


Newcastle Disease disebabkan oleh virus yang termasuk dalam famili Paramyxoviridae, genus Paramyxovirus. Paramyxovirus mempunyai genom virus ssRNA berpolaritas negative, panjangnya 15-16 kb dan mempuyai kapsid simetris heliks tidak bersegmen, berdiameter 13-18 nm. Genom virus Newcastle Disease membawa sandi untuk 6 protein virus yaitu protein L, Protein H (hemaglutinin), protein N (neuraminidase), protein F (fusi), protein NP (nukleokapsid), protein P (Fosfoprotein), dan protein M (matik).
Masa inkubasi penyakit ini bervariasi: antara 2-15 hari, tergantung dari virus yang menginfeksi, umur dan status kekebalan ayam, infeksi dengan mikroorganisme lain, kondisi lingkungan, dan jalur penularan. Kejadian infeksi oleh virus ND terutama terjadi secara inhalasi.
Ayam yang pernah terinfeksi Newcastle Disease dan tidak mengalami kematian akan memiliki kekebalan selama 6-12 bulan terhadap ND. Demikian juga dengan kekebalan yang diperoleh dari vaksinasi.
Sifat spesifik virus Newcastle Disease antara lain mempunyai kemampuan untuk mengaglutinasi dan melisikan eritrosit ayam. Selain eritrosit ayam, virus Newcastle Disease juga mampu mengaglutinasi eritrosit mamalia dan unggas lain serta reptilia.
Virus Newcastle Disease bila dipanaskan pada suhu 56o C akan kehilangan kemampuan untik mengaglutinasi eritrosit ayam, karena protein hemaglutininnya rusak. Selain itu juga akan merusak infektivitas dan imunogenesitas virus.

GEJALA KLINIS
Penyakit Newcastle Disease beragam dalam hal keganasan klinis dan kemampuan menyebarnya. Pada sejumlah wabah khususnya pada ayam dewasa, gejala klinis mungkin minimum/ ringan. Gejala ringan ini tidak diikuti gangguan syaraf. Virus yang menyebabkan bentuk penyakit ini disebut lentogenik. Pada wabah lain, penyakit ini dapat mempunyai angka mortalitas sampai 25%, seringkali lebih tinggi pada unggas muda; virus yang demikian ini disebut mesogenik. Tipe mesogenik menimbulkan gangguan pernapasan antara lain sesak nafas, megap-megap, batuk dan bersin serta penurunan produksi telur dan penurunan daya tetas. Pada wabah lainnya lagi terdapat angka kematian yang sangant tinggi kadang-kadang mencapai 100% yang disebabkan oleh virus velogenik. Infeksi velogenik menyebabkan ayam kehilangan nafsu makan, diare kehijauan, lesu, sesak nafas, megap-megap ngorok dan bersin. Ayam juga bias mengalami kelumpuhan pada sebagian atau total. Kemampuan menyibak virus F merupakanan faktor utama yang mempengaruhi virulensi.
Gejala klinis Newcastle Disease dibedakan menjadi 5 patotipe
1.Bentuk Doyle merupakan bentuk per akut atau akut, menimbulkan akematian pada ayam segala umur dengan mortalitas 100%. Lesi menciri dengan adanya perdarahan pada saluran pencernaan. Bentuk ini disebabkan oleh virus strain velogenik. Penyakit ini terjadi secara tiba-tiba, ayam mati tanpa menunjukkan gejala klinis, ayam kelihatan lesu, respirasi meningkat, jaringan sekitar mata bengkak, diare dengan feses hijau atau putih dapat bercampur darah, tortikalis, tremor otot, paralisa kaki dan sayap.
2.Bentuk Beach atau velogenic neitropic Newcastle disease (VVND) bersifat akut, menimbulkan gejala pernafasan dan syaraf, dan menimbulkan kematian ayam segala umur dengan angka mortalitas 50 % pada ayam dewasa dan 90 % pada yam muda.
3.Bentuk Baudette, kurang ganas dibandingkan bentuk Beach menyebabkan kematian pada ayam muda, bentuk ini disebabkan oleh virus galur mesogenik. Pada ayam dewasa ditandai dengan penurunan produksi telur biasanya terjadi 1-3 minggu.
4.Bentuk Hitchner disebabkan oleh virus ND galur lentogenik, gejala klinisnya bersifat ringan atau tidak tampak jelas, tidak menimbulkan kematian pada ayam dewasa dan biasanya dipakai sebagai vaksin.
5.Bentuk enteric asimptomatik merupakan bentuk yang tidak menunjukkan gejala klinis dan gambaran patologis, tetapi ditandai dengan infeksi usus oleh virus-virus galur lentogenik yang tidak menyebabkan penyakit.
ND adalah penyakit yang tersifat kompleks oleh karena isolate strain virus berbeda dapat menimbulkan variasi yang besar dalam derivat keparahan dari penyakit, termasuk pada spesies unggas yang sama.

PATOGENESIS
Ayam yang terinfeksi mempunyai peranan penting dalam penyebaran penyakit dan sebagai sumber infeksi. Pada mulanya virus bereplikasi pada epitel mukosa dari saluran pernafasan bagian atas dan saluran pencernaan; segera setelah infeksi virus menyebar lewat aliran darah ke ginjal dan sumsum tulang yang menyebabkan viremia skunder, ini menyebabkan infeksi pada organ seperti paru-paru, usus, dan system syaraf pusat. Kesulitan bernafas dan sesak nafas timbul akibat penyumbatan pada paru-paru dan kerusakan pada pusat pernafasan di otak.
Produksi antibody berlangsung dengan cepat. Antibody penghambat hemaglutinasi dapat diamati dalam waktu 4-6 hari setelah infeksi dan menetap selama paling tidak 2 tahun. Titer antibody penghambat hemaglutinasi merupakan ukuran dari kekebalan. Antibody asal induk dapat melindungi anak ayam sampai 3-4 minggu setelah menetas. Antibody IgG yang terbatas dalam aliran darah tidak mampu mencegah infeksi pernafasan tetapi dapat mencegah viremia; antibody 0 IgA yang dihasilkan secara local berperan penting dalam melindungi saaluran oernafasan dan saluran pencernaan.
Perubahan pasca mati meliputi perdarahan ekimotok pada larings, trachea, esophagus, dan di sepanjang usus. Lesi histology yang paling menonjol adalah nekrosis terpusat pada mukosa usus dan jaringan limfe dan perubahan hyperemia di sebagian organ, termasuk otak.

Perubahan patologis
1.Perubahan makroskopis
Perubahan makroskopik biasanya erat hubungannya dengan galur dan tipe patologik dari virus ND, jenis unggas, faktor lingkungan, dan infeksi campuran dengan mikroorganisme lain. Perubahan makroskopik yang terlihat pada VVND tersifat oleh adanya nekrosis dan hemoragi pada saluran pencernaan meliputi proventrikulus, ventrikulus dan berbagai bagian usus. Tidak dijumpai perubahan pada sistem syaraf, kadang-kadang juga pada saluran nafas. Jika ditemukan perubahan pada saluran nafas maka akan terlihat hemorhagi dan kongesti berat pada trakea.. Penebalan kantong udara disertai timbunan eksudat kataral sampai mengeju pada permukaannya. Organ reproduksi mengalami hemoragi dan perubahan warna menjadi lebih pucat.
2.Perubahan mikroskopis
Perubahan histopatologik yang ditimbulkan oleh ND juga berhubungan dengan galur virus, rute infeksi, factor lingkungan, ataupun infeksi campuran dengan mikroorganisme lainnya. Perubahan mikroskopik pada pembuluh darah meliputi hiperemi, edema, hemorrhagi, trombosis, dan nekrosis pembuluh darah. Pada infeksi sub akut dijumpai hiperplasia sel-sel reticulohistiositik dan nekrosis multifokal pada hati. Nekrosis pada lympha. Degenerasi lymphocyt bursa fabricius. Nekrosis dan hemorragi pada usus. Kongesti dan infiltrasi sel radang pada trachea. Hemorragi dan edema pada bagian-bagian paru. Perivascular cuffing sel limposit dan nekrosis dari neuron pada otak.

DIAGNOSIS
Karena gejalanya tidak spesifik diagnosis harus dipastikan dengan isolasi virus dan serologi. Virus dapat diisolasi dari limpa, otak atau paru-paru melalui inokulasi alantois dari telur berembrio umur 10 hari, virus dibedakan dengan yang lainnya dengan menggunakan uji penghambatan-jerapan darah dan penghambatan hemaglutinasi. Penentuan virulensi sangat diperlukan untuk isolat lapangan. Sebagai tambahan atas indeks kerusakan syaraf dan rataan waktu kematian dari embrio ayam, juga dipakai pembentukan plak dalam keadaan ada atau tidak adanya tripsin pada sel ayam. Uji penghambatan-hemaglutinasi digunakan dalam diagnosis dan pemantauan penyakit Newcastle kronis di negara tempat bentuk penyakit ini merupakan endemis.

PENGOBATAN DAN PENCEGAHAN
Pemberian antibiotic/ antibakterihanya berfungsi untuk mengobati infeksi sekunder yang disebabkan oleh bakteri. Sanitasi/ desinfeksi diperlukan untuk mencegah meluasnya infeksi pada kandang/ flok lainnya.
Penyakit ini tidak dapat diobati. Oleh karena itu ayam yang sudah terserang sebaiknya cepat dimusnahkan karena dapat menulari ayam yang lain. Pengendalian terbaik adalah dengan vaksinasi seperti vaksin strain F, K dan LaSota. Pola pemberian vaksin adalah 4-4-4, maksudnya vaksin diberikan pada ayam berumur 4 hari, 4 minggu, 4 bulan dan seterusnya dilakukan 4 bulan sekali.
Untuk pencegahan dapat dilakukan sanitasi kandang dan lingkungan (termasuk mencegah banyak tamu dan hewan liar masuk ke kandang). Peternakkan hendaknya dikelola dengan baik sehingga menciptakan suasana kandang yang nyaman bagi ayam, misalnya kepadatan kandang mesti diperhatikan sehingga populasinya tidak terlalu padat dan juga ventilasi harus cukup.

Sumber: Komunitas Dokter Hewan

Senin, 18 Januari 2010

TANAMAN OBAT MENINGKATKAN EFISIENSI PAKAN DAN KESEHATAN TERNAK UNGGAS

DESMAYATI ZAINUDDIN
Balai Penelitian Ternak
Jl. Veteran – III PO Box 221, Bogor 16002
ABSTRAK
Ramuan tanaman obat pada umumnya dikonsumsi oleh manusia untuk tujuan menjaga kesehatan atau
sebagai pengobatan beberapa penyakit tertentu. Sejak krisis moneter yang terjadi di Indonesia sampai saat ini
harga obat-obatan buatan pabrik (impor) sangat mahal, sehingga tidak terjangkau oleh para petani ternak,
khususnya peternak dalam skala menengah ke bawah. Oleh karena itu peternak berupaya mencari alternatif
lain dengan memanfaatkan beberapa tanaman obat sebagai obat tradisional yang disebut jamu hewan yang
dapat diberikan dalam bentuk larutan melalui air minum dan atau dalam bentuk simplisia (tepung) yang
dicampur kedalam ransum sebagai “feed additive” maupun “feed supplement”. Tujuan makalah ini untuk
mensosialisasikan dan menginformasikan manfaat dan khasiat dari tanaman obat sebagai jamu dan atau “feed
additive” untuk ternak. Jamu hewan atau ramuan beberapa tanaman obat tersebut dapat dibuat sendiri oleh
petani ternak dan harganya lebih murah dibandingkan obat pabrik, tetapi khasiatnya cukup baik untuk
pencegahan maupun pengobatan pada ternak unggas, antara lain penyakit gangguan pernafasan (Snot dan
CRD), koksidiosis, kurang nafsu makan, diare, feses hijau. Pemberian jamu hewan maupun tanaman obat
obat sebagai “feed additive” sudah banyak dilakukan oleh peternak unggas (ayam lokal, ayam ras broiler,
layer, puyuh, itik serta unggas kesayangan) di wilayah DKI, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Selatan,
Kalimantan Timur, Riau). Ternak ayam lokal (kampung) pedaging maupun petelur yang dipelihara pada
kelompok ternak di Jakarta Selatan, setiap hari diberi larutan jamu hewan melalui air minum ternyata
memberi respon positif terhadap pertumbuhan dan stamina ayam menjadi lebih baik (jarang sakit dan
mortalitas rendah), lemak karkas sangat rendah, aroma daging dan telur tidak amis, warna kuning telur lebih
oranye/skor diatas 7, serta bau kotoran ayam (ammonia) di sekitar kandang berkurang. Ternak ayam ras
broiler, petelur maupun unggas lokal (ayam dan itik) yang diberi ramuan tanaman obat sebagai “feed
additive” menunjukkan peningkatan terhadap efisiensi pakan dan kesehatan ternak
Kata kunci: Tanaman obat, jamu hewan, feed additive, kesehatan unggas

dokumen lengkap

PENGGUNAAN RAMUAN HERBAL SEBAGAI FEED ADDITIVE UNTUK MENINGKATKAN PERFORMANS BROILER

LAILY AGUSTINA
Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin
Kampus Tamalanrea Km 10 Makassar
ABSTRAK
Penelitin ramuan herbal pada broiler untuk mengetahui efek penggunaannya sebagai feed additive
terhadap performans dan menguji kemampuan daya hambat antibakteri yang dikandung dalam ramuan herbal
tersebut. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap 3 (tiga) dosis ramuan herbal P0 (0 ml per liter air
minum); P1 (2.5 ml per liter air minum) dan P2 (5 ml per liter air minum) dengan 5 (lima) ulangan dan setiap
unit perlakuan terdiri dari 5 (lima) ekor DOC. yang dipelihara sampai umur 35 hari. Parameter performans
yang diukur meliputi: konsumsi pakan, pertambahan bobot badan, konversi pakan, rasio efisiensi protein,
persentase karkas dan persentase lemak abdominal. Disamping itu dilakukan uji daya hambat antibakteri
terhadap 3 (tiga) jenis bakteri yaitu Staphylococus aureus, Escherichia coli dan Pseudomonas aeruginosa
serta analisis kolesterol yang terkandung dalam darah ayam. Berdasarkan hasil dan pembahasan, disimpulkan
bahwa ramuan herbal mengandung antibakteri, mampu menurunkan kadar kolesterol darah dan bobot badan
tertinggi diperoleh pada pemberian 2.5 ml ramuan herbal per liter air minum.
Kata kunci: Ramuan herbal, Additive, performans broiler

dokumen lengkap